Sabtu, 20 April 2013

Kelebihan dan kelemahan Model Pembelajaran

PAKEM
Kelebihan PAKEM
  1. Mengalami
Peserta didik terlibat secara aktif baik fisik, mental maupun emosional
  1. Komunikasi
Kegiatan pembelajaran memungkinkan terjadinya komunikasi antara guru dan peserta didik
  1. Interaksi
Kegiatan pembelajarannya memungkinkan terjadinya interaksi multi arah
4.    Refleksi
Kegiatan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik memikirkan kembali  apa yang telah dilakukan

Kelemahan PAKEM
  1. Membutuhkan dana, dalam pembelajaran yang PAKEM sering kita memakai media sehingga membutuhkan biaya yang lebih untuk menunjang proses pembelajaran
  2. Pengembangan RPP, dalam pembelajaran PAKEM guru dituntut untuk kerja extra dalam pengembangan pembuatan RPP agar dapat menciptakan pembelajaran yang diinginkan 
  3. Manajemen kelas, dalam pembelajaran ini guru harus selalu dapat menciptakan suasana kelas yang kondusif dan menyenangkan
  4. Kurangnya kreatifitas guru, dalam pembelajaran PAKEM guru cenderung malas untuk melalkukan pembelajaran yang inovatif.  
PBM
Kelebihan
1.    Mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan kreatif.
2.    Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah
3.    Meningkatkan motivasi siswa dalam belajar.
4.    Membantu siswa belajar untuk mentransfer pengetahuan dengan situasi baru
5.    Dapat mendorong siswa/mahasiswa mempunyai inisiatif untuk belajar secara mandiri
6.    Mendorong kreativitas siswa dalam pengungkapan penyelidikan masalah yang telah ia lakukan
7.    Dengan PBM akan terjadi pembelajaran bermakna.
8.    Dalam situasi PBM, siswa/mahasiswa mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan.
9.    PBM dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif siswa/mahasiswa dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.

Kelemahan
1.    Kurang terbiasanya peserta didik dan pengajar dengan metode ini. Peserta didik dan pengajar masih terbawa kebiasaan metode konvensional, pemberian materi terjadi secara satu arah.
2.    Kurangnya waktu pembelajaran. Proses PBM terkadang membutuhkan waktu yang lebih banyak. Peserta didik terkadang memerlukan waktu untuk menghadapi persoalan yang diberikan. Sementara, waktu pelaksanaan PBM harus disesuaikan dengan beban kurikulum.

MODEL KONTEKSTUAL (CTL)
Kelebihan
1.    Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil.
2.    Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa.
3.    Kelas dalam pembelajaran Kontekstual bukan sebagai tempat untuk memperoleh informasi, akan tetapi sebagai tempat untuk menguji data hasil temuan mereka di lapangan 
4.    Materi pelajaran dapat ditemukan sendiri oleh siswa, bukan hasil pemberian dari guru 
5.    Penerapan pembelajaran Kontekstual dapat menciptakan suasana pembelajaran yang  bermakna.
Kelemahan  
1.    Diperlukan waktu yang cukup lama saat proses pembelajaran Kontekstual berlangsung 
2.    Jika guru tidak dapat mengendalikan kelas maka dapat menciptakan situasi kelas yang kurang kondusif 
3.    Guru lebih intensif dalam membimbing.
4.    Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide–ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan dengan sadar menggunakan strategi–strategi mereka sendiri untuk belajar. Namun dalam konteks ini tentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang diterapkan semula. 

PEMBELAJARAN KOOPERATIF
Kelebihan
1.        Melalui pembelajaran kooperatif siswa tidak terlalu tergantung pada guru, tapi dapat menambah kemampuan berfikir sendiri, menemukan informasi dari berbagi sumber, dan belajar dari siswa yang lain.
2.        Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain.
3.        Pembelajaran kooperatif dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.
4.        Pembelajaran kooperatif dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.
5.        Pembelajaran kooperatif merupakan strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan yang lain, mengembangkan keterampilan me-manage waktu, dan sikap positif terhadap sekolah.
6.        Melalui pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat berpraktik memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab kelompoknya.
7.        Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (riil).
8.        Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berfikir. Hal ini berguna untuk proses pendidikan jangka panjang.

Kelemahan
        1.          Untuk memahami dan mengerti filosofis pembelajaran kooperatif membutuhkan waktu yang lama. Sebagai contoh siswa yang mempunyai kelebihan akan merasa terhambat oleh siswa yang mempunyai kemampuan kurang, akibatnya keadaan seperti ini dapat mengganggu iklim kerjasama dalam kelompok.
        2.          Ciri utama dari pembelajaran kooperatif adalah bahwa setiap saling membelajarkan. Oleh karena itu jika tanpa peer teaching yang efektif, bila dibandingkan dengan pembelajaran langsung dari guru, bisa terjadi cara belajar yang demikian apa yang harus dipelajari dan dipahami tidak dicapai oleh siswa.
        3.          Penilaian yang diberikan dalam pembelajaran kooperatif kepada hasil kelompok, namun guru perlu menyadari bahwa hasil atau presentasi yang diharapkan sebanarnya adalah hasil atau presentasi setiap individu siswa.
        4.          Keberhasilan pembelajaran kooperatif dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang, dan ini tidak mungkin dicapai hanya dalam waktu satu atau beberapa kali penerapan strategi.
        5.          Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang sangat penting untuk siswa, akan tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan yang  hanya didasarkan kepada kemampuan secara individu.

PEMBELAJARAN MANDIRI
Kelebihan
1.    Membentuk peserta didik yang mandiri dan bertanggung jawab
2.    Peserta didik mendapatkan kepuasan belajar melalui tugas-tugas yang diselesaikan
3.    Peserta didik mendapatkan pengalaman dan keterampilan.
4.    mencapai tujuan akhir dan pendidikan yaitu peserta didik dapat menjadi guru bagi dirinya sendiri.

Kelemahan  
1.      Bila diterapkan kepada peserta didik yang belum dewasa, ia belum bisa belajar secara mandiri (masih memerlukan bimbingan).
2.      Apa yang didapat dalam pembelajaran mandiri masih belum tentu benar,  maka perlu melakukan pertanyaan atau diskusi.

TEMATIK
Kelebihan
  1. Menyenangkan karena berangkat dari minat dan kebutuhan peserta didik.
  2. Memberikan pengalaman dan kegiatan belajar mengajar yang relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik.
  3. Hasil belajar dapat bertahan lama karena lebih berkesan dan bermakna.
  4. Mengembangkan keterampilan berpikir peserta didiksesuai dengan persoalan yang dihadapi.
  5. Menumbuhkan keterampilan sosial melalui kerja sama
  6. Memiliki sikap toleransi, komunikasi dan tanggap terhadap gagasan orang lain.
  7. Menyajikan kegiatan yang bersifat nyata sesuai dengan persoalan yang dihadapi dalam lingkungan peserta didik.
Kelemahan
 Kelemahan pembelajaran tematik tersebut terjadi apabila dilakukan oleh guru tunggal. Misalnya seorang guru kelas kurang menguasai secara mendalam penjabaran tema sehingga dalam pembelajaran tematik akan merasa sulit untuk mengaitkan tema dengan mateti pokok setiap mata pelajaran. Di samping itu, jika skenario pembelajaran tidak menggunakan metode yang inovatif maka pencapaian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar tidak akan tercapai karena akan menjadi sebuah narasi yang kering tanpa makna. 

LESSON STUDY
1.   Dapat diterapkan di setiap bidang mulai seni, bahasa, sampai matematika dan olahraga dan pada setiap tingkatan kelas.
2.   Dapat dilaksanakan antar/ lintas sekolah.

MODEL E-LEARNING
Kelebihan
  1. Tersedianya fasilitas e-moderating dimana pengajar dan siswa dapat berkomunikasi secara mudah melalui fasilitas internet secara reguler atau kapan saja kegiatan berkomunikasi itu dilakukan tanpa dibatasi oleh jarak, tempat, dan waktu.
  2. Pengajar dan siswa dapat menggunakan bahan ajar yang terstruktur dan terjadwal melalui internet.
  3. Siswa dapat belajar (me-review) bahan ajar setiap saat dan dimana saja apabila diperlukan mengingat bahan ajar tersimpan di komputer.
  4. Bila siswa memerlukan tambahan informasi yang berkaitan dengan bahan yang dipelajarinya, ia dapat melakukan akses di internet.
  5. Baik pengajar maupun siswa dapat melakukan diskusi melalui internet yang dapat diikuti dengan jumlah peserta yang banyak.
  6. Berubahnya peran siswa dari yang pasif menjadi aktif.
  7. Relatif lebih efisien. Misalnya bagi mereka yang tinggal jauh dari Perguruan Tinggi atau sekolah konvensional dapat mengaksesnya.
Kelemahan
  1. Kurangnya interaksi antara pengajar dan siswa atau bahkan antara siswa itu sendiri, bisa memperlambat terbentuknya values dalam proses belajar mengajar.
  2. Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya mendorong aspek bisnis atau komersial.
  3. Proses belajar dan mengajarnya cenderung ke arah pelatihan dari pada pendidikan.
  4. Berubahnya peran guru dari yang semula menguasai teknik pembelajaran konvensional, kini dituntut untuk menguasai teknik pembelajaran dengan menggunakan ICT (Information Communication Technology).
  5. Siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal.
  6. Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet (berkaitan dengan masalah tersedianya listrik, telepon, dan komputer).
  7. Kurangnya mereka yang mengetahui dan memiliki keterampilan soal-soal
    internet.
  8. Kurangnya penguasaan bahasa komputer.


kelompok 8
1. Norhalimah               A1B110239
2. Susilawati                 A1B110250
3. Nani Marliani           A1B110222
4. Endang Puspita R.    A1B110214
5. Desi Kemalasari        A1B110234

Minggu, 14 April 2013

Model-Model Pembelajaran



A.    Pengertian Model Pembelajaran
Joyce dan Weil (dalam Rusman: 2010: 133) berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merencanakan bahan pembelajaran dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya.

1.      Model Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Nurhadi, 2002).
CTL memungkinkan siswa menghubungkan isi mata pelajaran akademik dengan konteks kehidupan sehari-hari untuk menemukan makna. CTL memperluas konteks pribadi siswa lebih lanjut melalui pemberian pengalaman segar yang akan merangsang otak guna menjalin hubungan baru untuk menemukan makna yang baru (Johnson, 2002). Prinsip pembelajaran kontekstual sebagai berikut.
a.      Konstruktivisme
Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) dalam CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas.
b.      Menemukan (Inquiry)
Menemukan, merupakan bagian inti dari CTL, melalui upaya menemukan akan memberikan penegasan bahwa pengetahuan dan keterampilan serta kemampuan-kemampuan lain yang diperlukan bukan merupakan hasil dari mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi merupakan hasil menemukan sendiri.
c.      Bertanya (Questioning)
Melaui penerapan bertanya, pembelajaran akan lebih hidup, akan mendorong proses dan hasil pembelajaran yang lebih luas dan mendalam, dan akan lebih banyakditemukan unsur-unsur terkait yang sebelumnya tidak terpikirkan baik oleh guru maupun siswa.
d.      Masyarakat Belajar (Learning Community)
Maksud dari masyarakat belajar adalah membiasakan siswa untuk melakukan kerja sama dan memanfaatkan sumber belajar dari teman-teman belajarnya.

2.      Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang ersifat heterogen.
Model Model-Model Pembelajaran Kooperatif.
a.      Model Student Teams Achievement Division (STAD)
Model STAD menurut Slavin (2007) merupakan variasi dari pembelajaran kooperatif yang paling banyak diteliti. Dalam STAD, siswa dibagi menjadi kelompok beranggotakan empat orang yang beragam kemampuan, jenis kelamin, dan sukunya. Guru memberikan pelajaran dan siswa-siswa di dalam kelompok memastikan bahwa semua anggota kelompok menguasai  pelajaran tersebut.  Akhirnya semua siswa menjalani kuis perseorangan tentang materi tersebut, dan pada saat itu mereka tidak boleh saling membantu satu sama lain.
b.      Model Jigsaw
Pada dasarnya, dalam model ini guru membagi satuan informasi yang besar menjadi komponen-komponen kecil. Dalam kelompok ini siswa-siswa bekerja sama untuk menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam (a) belajar menjadi ahli dalam subtopic bagiannya, (b) merencanakan bagaimana mengajarkan subtopik bagiannya kepada anggota kelompoknya semula, setelah itu, siswa tersebut kembali lagi ke kelompok masing-masing sebagai “ahli” dalam subtopiknya dan mengajarkan informasi penting dalam subtopic tersebut kepada temannya. Sehingga seluruh siswa bertanggung jawab untuk menunjukkan penguasaannya terhadap seluruh materi yang ditugaskan oleh guru. Dengan demikian, setiap siswa dalam kelompok harus menguasai topic secara keseluruhan.
c.      Investigasi Kelompok (Group Investigation)
Secara umum perencanaan pengorganisasian kelas dengan menggunakan teknik kooperatif GI adalah kelompok dibentuk oleh siswa itu sendiri dengan beranggotakan 2-6 orang, tiap kelompok bebas memilih subtopic dari keseluruhan unit materi (pokok bahasan) yang akan diajarkan, dan kemudian membuat atau menghasilkan laporan kelompok. Selanjutnya setiap kelompok mempresentasikan atau memamerkan laporannya kepada seluruh kelas, untuk berbagi dan saling bertukar informasi temuan mereka (Burns, et al).
d.      Model Make a Match (Membuat Pasangan)
Penerapan metode ini dimulai dengan teknik, yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban atau soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokan kartunya diberi poin.
e.      Model TGT (Teams Games Tournaments)
Menurut Saco (2006), dalam TGT siswa memainkan permainan anggota-anggota tim lain untuk  memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing. Permainan dapat disusun guru dalam bentuk kuis berupa pertanyaan-pertanyaan yang berkaiatan dengan materi pelajaran. Kadang-kadang dapat juga diselingi dengan pertanyaan yang berkaitan dengan kelompok (identitas kelompok mereka).
f.       Model Struktural
Dalam pembelajaran kooperatif  tipe pendekatan structural terdapat enam komponen yaitu struktur dan konstruk yang berkaitan, prinsip-prinsip dasar, pembentukan kelompok dan pembentukan kelas, kelompok, tata kelola dan keterampilan sosial.

3.      Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
Boud dan Feletti (1997) mengemukakan bahwa PBM adalah inovasi yang paling signifikan dalam pendidikan. Margetson (1994) mengemukakan bahwa kurikulum PBM membantu untuk meningkatkan perkembangan keterampilan belajar sepanjang hayat dalam pola berpikir yang terbuka, reflektif, kritis dan belajar aktif.
4.      Model PAKEM (Partisipatif, Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan)
PAKEM berasal dari konsep bahwa pembelajaran harus berpusat pada anak (student centered learning) dan pembelajaran harus bersifat menyenangkan (learning is fun), agar mereka termotivasi untuk terus belajar sendiri tanpa diperintah dan agar mereka tidak merasa terbebani atau takut. Dengan pelaksanaan pembelajaran PAKEM, diharapkan berkembangnya berbagai macam inovasi kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang bersifat partisipatif, aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.

5.      Model Pembelajaran Lesson Study
Lesson Study merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan proses pembelajaran yang dilakukan oleh sekelompok guru secara kolaboratif dan berkesinambungan dalam merencanakan, melaksanakan, mengobservasi, dan melaporkan hasil refleksi kegiatan pembelajarannya.

6.      Model Pembelajaran Mandiri
Dalam belajar mandiri, menurut Wedemeyer (1983), peserta didik yang belajar secara mandiri mempunyai kebebasan untuk belajar tanpa harus menghadiri pembelajaran yang diberikan guru atau pendidik di kelas. Tugas guru atau instruktur dalam proses belajar ini ialah menjadi fasilitator, yaitu menjadi orang yang siap memberikan bantuan kepada peserta didik bila diperlukan.
Model-Model pembelajaran Mandiri
a.      Model SAVI (SomaticsAuditor Visual Intelektual)
Dave Meier menyajikan suatu sistem lengkap untuk melibatkan kelima indera dan emosi dalam proses belajar yang merupakan cara belajar secara alami yang dikenal dengan model SAVI. Somatis artinya belajar dengan cara bergerak dan berbuat. Auditori, belajar dengan berbicara dan mendengar. Visual, artinya belajar mengamati dan menggambarkan. Intelektual, artinya belajar dengan memecahkan masalah dan menerangkan.
b.      Model M-A-S-T-E-R (Mind, Acquire, Search Out, Trigger, Exhibit, Reflect)
Rose dan Nicholl memperkenalkan satu model belajar yang dikenal dengan M-A-S-T-E-R, yaitu para pembelajar mulai menyadari bahwa belajar bukan sesuatu yang dilakukan untuk pembelajar dan hanya pembelajar yang dapat melakukannya.

7.      Model Pembelajaran Berbasis Web (E-Learning)
Pembelajaran berbasis web dapat didefinisikan sebagai aplikasi teknologi web dalam dunia pembelajaran untuk sebuah pendidikan. Secara sederhana dikatakn bahwa semua pembelajaran dilakukan dengan memanfaatkan teknologi internet dan selama proses belajar dirasakan terjadi oleh yang mengikutinya, maka kegiatan itu dapat disebut sebagai pembelajaran berbasis web. Kemudian yang ditawarkan oleh teknologi ini adalah kecepatan dan tidak terbatasnya tempat dan waktu untuk mengakses informasi.

8.      Model Pembelajaran Tematik
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) model pembelajaran untuk anak tingkat Sekolah Dasar kelas rendah, yaitu kelas 1,2 dan 3 adalah pembelajaran yang dikemas dalam bentuk tema-tema (tematik). Tema merupakan wadah atau wahana untuk mengenalkan berbagai konsep materi kepada anak didik secara menyeluruh. Tematik diberikan dengan maksud menyatukan konten kurikulum dalam unit-unit atau satuan-satuan yang utuh dan membuat pembelajaran lebih terpadu, bermakna dan mudah dipahami oleh siswa SD/MI.